Sekda Saipul Pimpin Rakoor Pertemuan Publik Stunting Tahun 2021
Sekretaris Daerah Kabupaten Way Kanan, Saipul, S.Sos., M.IP Memimpin Rapat Koordinasi Pertemuan Publik Stunting Kabupaten Way Kanan Tahun 2021, di Ruang Rapat Utama, Rabu (29/12/2021)
Turut hadir pada kegiatan tersebut, Kadis P3AP2KB, Indra Kesuma, S.Sos, Kadis TPHP, Ir. Maulana M, M.AP, Kadis Indag, Kiki Christianto, S.E.,M.M, Kadis PU, Edwin Bavur, S.Sos.,S.S, Kadis Pendidikan, Machiavelly Herman Tarmizi, S.STP.,M.Si, Kadis Perikanan, Drs. Kadarsyah, Kadis Ketahanan Pangan, Muhammad Darwis, S.STP, Kadis PMK, Ixuan Akhmadi, S.Sos, Kadis Sosial, Bismijanadi, S.E, Kadis Kominfo, Drs. Achmad Gantha, LN'g, M.M, Kadis Dukcapil, Drs.Paryanto, Kepala Bappeda, Indra Zakariya Rayusman, S.H.,M.H Camat dan Kepala UPT Puskesmas Se-Kabupaten Way Kanan
Sekretaris Dinas Kesehatan, Andi Oktoviandi, SKM., MM melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Siti Aisiah, SE.,MM dalam paparanya menyampaikan ada delapan Aksi Integrasi Intervensi dalam menurunan Stunting dikabupaten antara lain adalah melakukan analis situasi, melakukan rencana kegiatan, melakukan rembuk stunting, dilanjutkan dengan perbub tentang peran desa terkait stunting, pembinaan KPM, system managemen data, pengukuran dan publikasi stunting serta dilakukannya review kinerja tahunan
“Delapan aksi integrase intervensi dalam menurunkan stunting tersebut sesuai dengan pedoman pelaksanaan intervensi penurunan stunting terintegrasi dikabupaten/kota yang dikeluarkan oleh Kementerian PPN atau BAPPENAS” Jelasnya
Siti Aisiah menjelaskan bahwa Prevalensi stunting pada anak dibawah usia lima tahun (balita) di Indonesia tahun 2018 berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) sebesar 30.8% dan hasil Status Gizi Balita Indonesia, meskipun telah mengalami penurunan dari 37.2% pada tahun 2013, namun angka ini masih cukup tinggi karena artinya 1 dari 3 balita mengalami stunting.
“Begitupula pada tahun 2017 berdasarkan penelitian Pemantaun Status Gizi (PSG) angka Stunting Kabupaten Way Kanan Berada di prsentase 30,07% sedangkan 2018 berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kabupaten Way Kanan 36,07% dan berdasarkan Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) Tahun 2019 angka stunting Kabupaten Way Kanan ialah sebesar 18,09%. Untuk angka Stunting pada tahun 2020 tidak ada penelitian dikarena terkendalan pandemic Covid 19 yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Kabupaten Way Kanan” Jelas Kabid Kesehatan Masyarakat
“Angka Stunting kabupaten Way Kanan berdasarkan hasil Pengukuran dari aplikasi elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM) tahun 2019 sampai dengan 2021 mengalami penurunan baik dilihat Persentase maupun jumlah absolut pada tahun 2019 pada angka 10,2 pada tahun 2020 turun ke angka 5,9 dan pada tahun 2021 menjadi 1,6” Lanjutnya
Siti Aisiah menyampaikan bahwa Penyebab atau factor determinan stunting antara lain adalah rokok, karena Rokok dapat menyebabkan terganggunya saluran pernapasan dan dapat mengganggu penyerapan zat-zat gizi keseluruhan tubuh balita, Ibu Hamil Anemia karena Faktor anemia pada ibu hamil meningkatkan resiko kelahiran anak stunting, Kasus bumil anemia masih ada 218 bumil (5,96%) dari jumlah 3657 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HB data per Oktober 2021, Ibu Hamil Kekurangan Energi Ekonik karena dapat meningkatkan resiko melahirkan anak stunting 4,85 kali lebih besar, Kasus ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) masih ada 324 (3,73) dari jumlah sasaran ibu hamil 8679 di Kabupaten Way Kanan data per Oktober 2021, Bayi BBLR memiliki resiko 5,87 kali lebih besar menjadi anak stunting, kasus Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) masih ada 107 (2,14) dari jumlah 4994 bayi baru lahir ditimbang di Kabupaten Way Kanan data per Triwulan 3 Tahun 2021
“Tindak Lanjut Terhadap Faktor Determinan yang dilakukan antara lain adalah meningkatkan upaya promotif dan preventif tentang bahaya merokok bagi keluarga yang memiliki balita di lingkungan keluarganya dan Upaya Berhenti Merokok (UBM), mendorong ibu hamil atau balita di kampung yang belum memiliki JKN agar memiliki jaminan kesehatan baik secara mandiri atau bantuan pemerintah (PBI), melakukan pengawasan tentang pola konsumsi biskuit PMT bagi ibu hamil KEK , Peningkatan Kunjungan Posyandu bagi Ibu Hamil, dan bagaimana lingkungan Sosial pada Ibu Hamil, dilakukan upaya meningkatkan promotif dan preventif bagi ibu balita untuk mencegah faktor timbulnya kecacingan dan Monitoring Pelaksanaan Pembeian obat cacing, mengadvokasi dan mengedukasi keluarga untuk menutup kembali jamban cemplung setelah digunakan , Advokasi pada para kepala kampung untuk bantuan Pembangunan Jamban Sehat dan mengajak dan mengedukasi ibu balita bagaimana pentingnya imunisai untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada balita, serta Peningkatan Kunjungan Ke Posyandu dan sweeping Imunisasi” Ucap Kabid Kesehatan Masyarakat
Siti Aisiah Menjelaskan Prevalensi stunting menurun secara jumlah adalah sebagai hasil dari intervensi yang dilakukan oleh berbagai sektor, baik intevensi yang dilakukan oleh sektor kesehatan diantaranya adalah Penyuluhan asi esklusif dikampung, Kegiatan penguatan kelas ibu hamil, Kegiatan posyandu balita, Pembinaan kader posyandu ditiap-tiap kampung, Kunjungan rumah dalam rangka konsultasi gizi balita
“Selain itu, sektor non kesehatan juga sangat berperan besar diantaranya adalah penyuluhan bagi calon pengatin, pemberdayaan masyakat melalui inovasi “Casting Peri”, peningkatan penggunaan air bersih dan sanitasi layak Pembentukan kader pembangunan manusia (KPM)” Jelas Kabid Kesehatan Masyarakat
Penulis : Deny Kesuma
Foto : Ari